Minggu, 27 Mei 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hutan yaitu bentuk kehidupan yang tersebar diseluruh dunia. Hutan berperan penting untuk kehidupan masyarakat, lebih atau tidaknya hutan tergantung pada suatu petaknya. Hutan bisa diartikan sebagai keanekaragaman hayati atau keanekargaman ekosistem.
            Tingkat kerapatan kanopi sangat mempengaruhi tingkat erosi terhadap hutan tersebut. Semakin lebat kanopi maka semakin menurun peningkatan terhadap permukaan erosi. Hal ini bisa juga bisa terjadi jika tutupan erosi lebat atau tidaknya, sehingga terjadinya erosi tergantung pada ketebalan kanopi sebab air hujan tidak langsung ke tanah.
            Tingkat kerapatan kanopi sangat mempengaruhi tingkat erosi terhadap hutan tersebut. Semakin lebat kanopi maka semakin menurun peningkatan terhadap permukaan erosi. Hal ini bisa juga bisa terjadi jika tutupan erosi lebat atau tidaknya, sehingga terjadinya erosi tergantung pada ketebalan kanopi sebab air hujan tidak langsung ke tanah.
            Peroses terjadinya hujan juga bisa meneybabkan hilangnya unsur hara yang da pada dalam tanah. Faktor yang sangat mempengaruhi terhadap ketebalan kanopi yaitu pada musim yang dimana ketika musim hujan akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara. Perlu dilakukan tindakan pengukuran kanopi, biodiversitas, dan nekromas supaya dapat diketahui luasan kanopi yang ada dan diketahui jumlah biodiversitas dan nekromas.


1.2Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu:
1.      Mahasiswa mampu mengukur luasan kanopi dalam 1 basal area
2.      Mahasiswa mampu menghitung jumlah biodiversitas dan ketebalan seresah


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Biodiversitas dapat diartikan sebagai kelompok organisasi kehidupan yang digolongkan berdasarkan biologisnya, ekosistem dan proses ekologinya. Keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem tertentu disebut biodiversitas. Biodiversitas meliputi biodiversitas pada presentase ekosistem spesies, dan variasi intraspesifik (Ulfiyah, 1995).
            Parameter dalam estimasi biomassa biasanya menggunakan tinggi pohon dan diameter batang. Suatu tegakan yang memiliki nilai presentase tinggi dan diameter yang besar, maka menunjukkan bahwa kondisi ekologi suatu kawasan tersebut baik. Organisme dan kondisi tanah karena berpengaruh dalam pertumbuhan dari tegakan tersebut (Siarudin, 2008).
            Tinggi pohon terkadang dijadikan parameter dalam estimasi biomasa bersama dengan diameter batang. Pengukuran tinggi pohon sulit dilakukan pada hutan dengan tegakan rapat. Pengukuran tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan hagameter atau kalinometer ( Sutaryo, 2009).
Lahan yang berpotensi untuk terjadinya limpasan permukaan dan erosi adalah lahan-lahan yang mempunyai penutupan kanopi rendah, biodiversitas rendah serta rendah pula jumlah nekromassa atau seresahnya. Lahan yang memiliki kanopi lebat, biodiversitas tinggi dan seresah yang tebal akan terhindar atau kecil sekali terjadi limpasan permukaan dan erosi. Bila hujan turun tetesan air hujan tidak akan langsung memukul permukaan tanah namun akan jatuh kekanopi tanaman (Triwanto, 2017).


BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaannya adalah
Hari/Tanggal               : Senin, 30 April 2018
Waktu                         : 08.00 – 12.00 W.I.B
Tempat                        : Laboratorium Kehutanan Universitas Muhammadiyah   Malang dan Taman Hutan rakrat Soeryo
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
-          Meteran 4 buah
-          Frame ukuran 50 x 50 cm 4 buah
-          Plastik ukuran 1kg 4 pak + karet gelang
-          Spidol besar marker 4 buah
-          Timbangan tepung

3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari kegiatan kali ini adalah
1.      Membagi mahasiswa kedalam 4 kelompok kecil
2.      Membagi alat dan bahan merata pada setiap kelompok
3.      Masing – masing kelompok mempunyai lokasi pegamatan yang berbeda – beda
4.      Mengamati dan menghitung dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a)      Mengukur kanopi pohon
b)      Mengukur biodiversitas pohon
c)      Mengukur ketebalan seresah
5.      Tahap pertama yaitu mengukur kanopi pohon dilakukan dengan cara menentukan luasan pohon yang akan dihitung luasan kanopinya. Melakukan perhitungan dengan emngukur panjang sisi kanan, kiri, depan, dan belakang dari pusat pohon. Setelah mendapatkan data panjang, menghitung luasan dengan rumus π.r² atau ¼.π.d². Kemudian menjumlah semua luasan pohon dalam 1 luasan.
6.      Tahap kedua yaitu menghitung biodiversitas dilakukan dengan menghitung jumlah pohon yang sama serta mencatat nama – nama pohon dan mengukur lingkar lilit batangnya dalam 1 luasan.


 











7.      Tahap ketiga yaitu mengukur ketebalan seresah dilakukan dengan meletakkan frame yang berukuran 50 x 50 cm pada lokasi pengamatan, pada luasan yang sebelunya telah ditentukan, menyebar frame secara acak sebanyak 10 frame. Menghitung setiap frame ketebalannya dengan menekan seresah dengan tangan dalam frame lalu mengukur dengan penggaris, melakukan pengukuran tiap frame sebanyak lokasi pada posisi tekanan  tangan berbeda beda, sehingga akan muncul data sebanyak 100. Setelah mengetahui ketebalan seresah, menghitung jumlah biomassa dalam satu frame, kemudian mengkonversi dalam 1 luasan. Mengambil biomassa dalam frame lalu memisahkan antara batang dan ranting, daun utuh, menghancurkan sampai halus, menghancurkan sampai kasar, dan understory. Memasukkan biomassa dalam plastik dengan memberi kode, kemudian membawa ke laboratorium untuk menghitung berat kering ovennya.
Mengukur kanopi, biodiversitas, dan nekromas
1.      Denah mengamati luas kanopi
5 m
Contoh :







































































































































































































40 m

(Denah digambar pada kertas grafik)
Jarak tanam                 : ....x....
Luas kanopi per plot   : .... (m²/200m²)
Luas kanopi per hektar : .... (m²/Ha)
2.      Menghitung jumlah biodiversitas
No
Nama / Jenis Tanaman
Lingkar Lilit Batang (cm)
Jumlah Tanaman /200m²
Jumlah Tanaman /Ha
Kelas Tanaman
1.





2.





3.





Kelas tanaman : Tanaman atas, tengah, bawah (understory)
No
Ukuran
Frame
(cm x cm)
Ulangan
Ketebalan Seresah (cm)
Rata – Rata
Ketebalan
Seresah
(cm/frame)
Rata – Rata
Ketebalan
Seresah
(cm/200m²)
Rata–Rata
Ketebalan
Seresah
(cm/Ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.

1.













2.

2.













3.

3.













4.

4.













5.

5.













6.

6.













7.

7.













8.

8.













9.

9.













10.

10.













TOTAL KETEBALAN SERESAH



3.      Mengukur nekromas / seresah dan biomassa

4.      Menghitung jumlah biomassa
No
Jenis Biomassa
Berat Kering Oven
(gram/frame)
Berat Kering Oven
(gram/200m²)
Berat Kering Oven
(gram/Ha)
1.




2.




3.




4.













HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
                        Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah :
1.      Pengukuran kanopi
No
Nama Tanaman
R1
R2
R3
R4
LBDS kanopi
1
Kukrup
2
1
3
2,5
14,1790
2
Kukrup
4
5
4
3
50,24
3
Pasang putih
3
2
1
2
12,24
4
Pasang putih
3
2
1
2
35,2386
5
Kukrup
6
5,4
4
4,8
80,0778
6
Kukrup
14
3,5
3
8
159,403
7
Kelis
3
6
8
5
94,985
8
Kukrup
2
3
4
3
28,26
9
Pasang putih
10
9
6
6
188,596
10
Kukrup
7
6
8
4
122,6562
11
genitri
4
2
3
5
38,465
TOTAL
824,619

Denah pengamatan luas kanopi
40 meter
5 meter





2.       Menghitung biodiversitas
No
Jenis tanaman
D
LBDS
Jumlah tanaman/200 m2
Jumlah tanaman/ ha
Kelas tanaman
1
Kukrup
0,391521
0,120331
1
50
Inti
2
Pasang putih
0,457632
0,1644002
1
50
Inti
3
kelis
0,323165
0,081215
1
50
Inti

BB
BK
T
p
Biomassa
50 g
50 gram
20 m
3,739984
35,9301 kg
50 g
50 gram
18 m
4,465454
71,0226 kg
50 g
50 gram
19 m
8,424730
33,2849 kg
TOTAL
140,231 kg

3.      Pengukuran biomassa tumbuhan bawah
No
Jenis biomassa
BB
BK oven (gram/frame)
BK oven (g/200m2)
BK oven (g/ha)
1
Tumbuhan bawah
100 g
24 g
19,200 g
960000 g/ha
2
Tumbuhan bawah
50 g
14 g
11,200 g
560000 g/ha
3
Tumbuhan bawah
40 g
16 g
12,800 g
640000 g/ha
Total
2160000 g/ha
2160 kg/ha

4.      Pengukuran nekromassa / seresah
No
Ukuran
Frame
(cmxcm)
Ketebalan seresah (cm)
Rata-rata
Ketebalan
Seresah
(cm/frame)
Rata-rata
Ketebalan
Seresah
(cm/200 m2)
Rata-rata
Ketebalan
Seresah
(cm/ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
50x50



4,5






3,83 cm/frame
3,064 cm/200m
153,2 cm /ha
2
50x50

2,5








3
50x50



4,5












No
Berat basah (gram)
Berat kering (gram)
Berat kering (1m3)
Biomassa (gram)
1
250 gram
51
204
204
2
170 gram
51
204
204
3
230 gram
63
252
252
TOTAL
660









Total Biomassa = biodiversitas + tumbuhan bawah + Nekromas
140,231 kg + 2160 kg/ha + 0,66 kg = 2300,891 kg/ha.
4.2  Pembahasan
         Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil dari pengukuran kanopi biodiversitas dan nekromass. pengukuran kanopi berguna untuk menyerap dan menyimpan karbon, semakin luas kanopinya maka juga akan semakin besar daya serap serta simpanannya. Perhitungan kanopi sendiri yaitu mengukur LBDS kanopi yang didapat dari luas seluruh kanopi. Dari hasil yang didapat yaitu luas kanopi dan LBDS terbesar yaitu pohon pasang putih. Dari hasil perhitungan yang didapat diketahui bahwa pohon pasang putih memiliki LBDS kanopi yang paling besar yaitu sebesar 159,403 m sehingga dapat diketahui bahwa pohon pasang putih tersebut memiliki biomassa tertinggi pula.
Berdasarkan data yang didapat dari lapang tentu dapat diketahui bawasanya pada areal tersebut terdapat 11 pohon dengan luasan kanopi yang tentunya berbeda, dengan menggunakan 4 sisi dari pusat poon tersebut. Dari keempat sisi pohon tersebut dapat digunakan rumus  untuk dapat mengetahui LBDS kanopi dari suatu pohon. Luasan dari suatu pohon sangatlah dipengaruhi oleh kondisi vegetasi yang ada disekitarnya. Sehingga dapat menjdikan suatu jenis individu pohon menjadi Dominan, Kodominan,Tertekan ataupun mati. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwasanya hanya beberapa pohon saja yang memiliki kanopi besar atau dominan. Pada areal ukur sepanjang 40 meter yang telah dilakukan didalam hutan alam.
              Pengambilan petak atau data pengukurn kanopi digunakan jalur sepanjang 40 meter dengan lebar jalur 5 meter. Dalam kegiatan tersebut juga mengukur jumlah biomassa pada kawasan hutan alam. Sehingga dari kegiatan tersebut didapati 3 jeni biomassa pada suatu petak yang telah ditentukan sebelumnya. Dimana pada lokasi tersebut biomassanya adalah beberapa jenis vegetasi seperti pohon Jengkon, Serepan, Remajaan. Sehingga dapat pula diketahui bahwa jengkon memiliki berat basah hingga berat kering tertinggi sementara berat basah remajaan diketahui seagai yang terrendah. Namun berat kering terrendah terdapat pada jenis serapan. Hal ini tentu turut dipengaruhi oleh daya serap hara yang setiap jenis vegetasi tentu berbeda pula daya serapnya. Sehingga sangat dimungkinkaan turut pula berpengaruh terhadap komposisi dari serat suatu jenis vegetasi. Yang dampaknya tentu terhadap berat dan kepadatan biomassa suatu jenis vegetasi.
              Pengambilan data Nekromassa / Seresah diketahui hanya menggunakan 3 buah frame sehingga dapat diketahui data  yang terdapat pada frame 1&3 memiliki ketebalan seresah yang sama yaitu 4,5 cm. sementara pada frame 2 ketebalan seresahnya hanya 2,5 cm. hal tersebut sudah barang tentu turut dipengaruhi oleh kondisi tegakan yang terdapat disekitarnya. Karena apabila kondisi tegakan besar dan lebat tentu jumlah seresahnya akan tebal dan besar, namun begitu pula sebaliknya. Mengingat komposisi tebal tipisnya lantai hutan turut dipengaruhi oleh kondisi tegakan yang terdapat pada suatu kawasan hutan. Pada tumbuhan bawah dan seresah dapat diketahui dari seluruh yang dijadikan sample dan dilakukan penimbangan berat basahnya dan berat keringnya tentu mengalami penyusutan. Tentu hal ini tidak terlepas dari kandungan dan mineral yang terdapat pada sample yang digunakan. Oleh sebab itu penurunan dari berat basah ke berat keringnya mengalami penurunan yang sangatlah  drastis. Sehingga dapat diketahui karena kandungan mineral yang terkandung didalamnya dan mengalami penyusutan, dan hanya tinggal serat-serat dari tumbuhan tersebut yang masih ada dan menjadi bobot berat keringya apabila dilakukan penimbangan. Berdasarkan pengukuran pada kawasan ini pula memiliki fungsi sebagai acuan untuk dapat mengetahui potensi biomassa yang terdapat pada kawasan tersebut. Mengingat dengan dilakukannya perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan data primer yang berupa pengukuran langsung dilapang. Potensi biodiversitas suatu kawasan tentu perlu untuk diketahui untuk dapat menentukan langkah dan tindakan silvikultur pada areal ini agar dapat termanfaatkan secara bijak.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.      Perhitungan panjang kanan dan kiri dengan belakang dari pusat pohon sangatlah perlu sebagai data hasil LBDS canopy
2.      Besar kecilnya kanopy turut pula dipengaruhi kondisi pohon disekitarnya.
3.      Serapan hara atau mineral oleh suatu jenis pohon sangat menentukan biomassa dari jenis tersebut.
4.      Tingkat ketebalan seresah atau lantai hutan juga di pengaruhi oleh kondisi tegakan diatasnya. Nekromassa yang didapat dengan berat 830 gram, sangat membantu dalam kesuburan tanah dan menahan laju erosi
5.      Pengovenan dilakukan untuk mempengaruhi besaran serapan hara dan mineral dari suatu jenis vegetasi.
6.      Nilai total biomassa yaitu 2300,891 kg/ha
7.      Nilai total biomassa yaitu 1079.856
8.      Tumbuhan bawah dengan berat 140 gram (BK) dan 19.83 (BB) mendukung dinyatakan tinggi/rendahnya biodiversitas dan biomassanya  didapatkan 79.32
9.      Tingkat keanekaragaman hayati tidak terlalu tinggi, karena di dominasi oleh vegetasi kukrup sebanyak 7 vegetasi dari 17 total keseluruhan vegetasi

5.2 Saran

            Adapun saran dari kegiatan ini yaitu dengan berjalannya kegiatan, perlu adanya alat instrument pengukuran canopy, kedepanya dapat tingkatkan agar praktikan mendapatkan data yang lebih valid

DAFTAR PUSTAKA
Siarudin, M.2008.Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan Seresah di Kawasan Mangrove Blanakan Subang.Pustaka Kartini.Jawa Barat.
Sutaryo,D.2009.Perhitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon.Werlands International Indonesia Progamme.Bogor
Triwanto, J. 2017. Buku Panduan Petunjuk Silvikultur Hutan Alam. Laboratorium Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Ulfiyah, A.2006.Karakteristik Kimiawi dan Mineralogi Tanah Pada Beberapa Ekosistem Bentang Lahan Karst di Kabupaten Gunung Kidul.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) P:1-12.

0 Comments:

Post a Comment