Minggu, 27 Mei 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Inventarisasi tegakan tinggal merupakan kegiatan penentuan perlakuan silvikultur pada petak – petak kerja tahunan sesudah kegiatan penebangan. Kegiatan ITT dilaksanakan dalam mengembangkan kegiatan pengayaan serta menentukan luas areal penanaman rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi hutan dapat membantu meningkatkan fungsi hutan dan produktifitasnya.
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan atau disingkat dengan ITSP merupakan kegiatan pengukuran, pengamanan dan pencatatan terhadap pohon (yang direncanakan akaan ditebang). Pohon inti, pohon yang dilindungi, permudaan, data lapangan, lainnya untuk mengetahui jenis, jumlah, diameter, tinggi pohon, serta informasi tentang keadaan lapangan/lingkungan. Pembuatan peta dalam kegiatan ITSP sangat penting yakni nantinya berguna sebagai perencanaan trase jalan sarad. Inventarisasi hutan meliputi kegiatan pencatatan, pengukuran dan pendanaan pohon dalam areal blok kerja tahunan. Tujuan dari kegiatan ITSP ditujukan untuk penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT), kegiatan penebangan yang dilakukan harus memegang prinsip kelestarian lingkungan yaitu dengan menerapkan TPTI.
Kedudukan inventarisasi tegakan tinggal sebagai salah satu standard dalam pelaksanaan kriteria pengelolaan hutan lestari. Inventarisasi tegakan tinggal merupakan kegiatan pencatatan, pengukuran pohon dan permudaan alam. Tegakan tinggal merupakan tegakan hutan yang sudah ditebang pilih dan dipelihara hingga penebangan berikutnya.
Kegiatan ITT diharapkan dapat melaksanakan pemeliharaan yang semula ditetapkan dapat menjadi pohon inti. Pohon inti yang ditunjuk diutamakan terdiri dari pohon komersial yang sama dengan pohon yang ditebang. Kegiatan ITT dilakukan dengan menghitung jumlah dan jenis calon pohon inti dan permudaan lainnya.






1.2  Tujuan
Adapun tujuan praktikum adalah :
1.      Mahasiswa mampu menghitung komposisi jenis, potensi penyebaran dan kerapatan, jumlah dan tingkat kerusakan pohon inti.
2.      Mahasiswa mampu menentukan tindakan silvikultur pada petak kerja tahunan sesudah kegiatan penebangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) adalah bagian tahapan kegiatan sistem silvikultur TPTI yang dilaksanakan pada blok tebangan 2 tahun setelah penebangan. Penetapan blok kerja tahunan  yang akan diinventarisasi dibuat oleh bagian perencana yang memiliki latar belakang pendidikan teknis kehutanan. Pembuatan jalur pengamatan dengan lebar 20 meter dan memberi nomor urut 150 dari masing-masing petak kerja ( Sunardi, 1992 ).
Pemetaan pohon hasil ITT, Peta yang digunakan adalah peta hasil ITSP. Jenis pohon yang dipilih untuk rehabilitasi bekas TPn, TPK adalah jenis pionir berdaun panjang. Pengukuran permudaan dalam kegiatan ITT dilakukan dalam jalur – jalur pengamatan secara sistematis ( Kartodiharjo, 2000 ).
Pengukuran pada inventarisasi tegakan tinggal ( ITT ) lazimnya menggunakan diameter setinggi dada, karena mempunyai korelasi yang kuat. Pada umumnya diameter pohon tanpa banir setinggi dada diukur pada 1,3 Mdpl dan 20 cm diatas ujung banir untuk pohon berbanir. Pengukuran pohon berdiri di hutan, dapat dilakukan dengan phiband, kaliper dan mister ( Pamulardi, 1996 ).  
   Kegiatan tiber cruising adalah salah satu mata rantai yang diperlukan dlam satu paket manajemen perencanaan pemanfaatan hasil hutan. Lebih jauh lag timber cruising dapat dijadikan dasar dalam menjamin kontinuitas produksi log pada perencanaan selanjutnya. Timber cruising atau inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) adalah kegiatan pencatatan pengukuran dan penandaan pohon dalam areal blok kerja tahunan (Madyana, 1989).



BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
            Adapun waktu dan tempat pelaksanaan adalah :
Hari / Tanggal             : Senin, 30 April 2018
Waktu                         : 08.00 – 12.00 WIB
Tempat                   : Laboratorium Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang  dan Taman Hutan rakrat Soeryo
           
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
a.       Alat     :  -kompas
   -Tali
 -Alat tulis
   -Tally sheet
   -Buku lapangan
b.      Bahan  : - Hutan Alam di Cangar

3.3. Cara Kerja
            Adapun Cara kerja dari praktikum ini yaitu :
1.         Mempersiapkan TIM
A.       Regu kerja pelaksana ITT terdiri dari 10 orang, dengan membagi tugas sebagai berikut :
a.         1 orang ketua regu (merangkap mencatat)
b.        1 orang pemegang kompas
c.         2 orang pembuat jalur
d.        2 orang pembuat tanda
e.         1 orang pemegang tali
f.          2 orang pengenal pohon
g.        1 orang pembantu umum
B.     Regu kerja pelaksana ITT dipimpin oleh tenaga teknis kehutanan yang berpengalaman dibidang inventarisasi hutan, missal cruiser / KKMA, Sarjana muda kehutanan.
2.     Mempersiapkan Peralatan
A.    Menyiapkan peta kerja dengan skala 1 : 10.000, atau 1 : 20.000 atau 1 : 25.000.
B.     Menyiapkan peralatan lain yang diperlukan untuk ITT, antara lain :
a.       Buku lapangan, alat tulis, tally sheet
b.      Kompas, alat ukur lereng, alat ukur ketinggian tempat, tenda, helm, cat warna merah dan putih, tali plastic, parang, obat – obatan dan lain – lain.
Melaksanakan Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT)
Kegiatan ITT dimulai dengan menetapkan lokasi petak kerja tahunan yang akan dilaksanakan kegiatan ITT. Melaksanakan ITT dengan system jalur dengan lebar jalur 20 meter. Jadi dalam satu petak kerja tahunan dengan luas 100 Ha terdapat 50 jalur. Pada setiap petak ukur 20 x 20 meter dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap seluruh pohon inti jenis komersial. Setelah mengukur pohon yang berdiameter 20 cm ke atas kemudian memberi tanda dengan cat kuning melingkar pada batang pohonnya.
Apabila pada petak ukur 20 x 20 meter tersebut sudah ditemukan pohon inti. Maka pengamatan dilanjutkan pada petak ukur 10 x 10 meter dan 5 x 5 meter. Untuk mengamati permudaan jenis komersial pada tingkat tiang dan pancang.
Namun apabila pada petak ukur 20 x 20 meter tersebut tidak ditemukan 1 pohon inti, maka dicatat bahwa pada petak ukur  tersebut tidak perlu diadakan penanaman atau pengayaan dan tidak perlu dilanjutkan pada petak ukur 10 x 10 meter dan 5 x 5 meter.
Selanjutnya apabila pada petak ukur 20 x 20 meter tersebut tidak ditemukan pohon inti, maka pengamatan dilanjutkan pada petak ukur 10 x 10 meter. Dan bila pada petak ukur 10 x 10 meter ini sudah dijumpai satu permudaan jenis komersial tingkat tiang (poles), maka pada petak ukur tersebut dicatat tidak perlu diadakan penanaman atau pengayaan.
Pada ITT juga melakukan pengamatan dan pencatatan bila dijumpai adanya areal – areal bekas jalan sarad. TPN, jalan sarad, sungai dan tanah kosong yang meliputi luas dan letaknya.



            Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu :

 





Petak ukur I
No.
Petak Ukur
Nama Pohon
Jumlah Tegakan
1.
20x20 m
Genitri
1
2.

Pasang Putih
1
3.

Kukrup
1
4.

Pasang putih
1
5.

Pasang Putih
1
6.

Pasang Putih
1
7.

Pasang Putih
1
8.

Kukrup
1
9.

Kukrup
1
10.
10x10 m
Genitri
1
11.

Genitri
1
12.

Pasang Putih
1
13.

Pasang Putih
1
14.

Pasang Putih
1
15.

Kukrup
1
16.

Genitri
1
17.

Kukrup
1
18.

Kukrup
1
19.

Kukrup
1
20.
5x5 m
Genitri
1
21.

Pasang Putih
1
22.

Pasang Putih
1
23.
2x2 m
Jengkon
1
24.

Resapan
1
25.

Jengkon
1
26.

Jengkon
1





















































Petak ukur II
No.
Petak Ukur
Nama Pohon
Jumlah Tegakan
1.
20x20 m
Kukrup
1
2.

Kukrup
1
3.

Kukrup
1
4.

Pasang Putih
1
5.
10x10
Pasang Putih
1
6.

Kukrup
1
7.
5x5 m
Pasang Putih
1
8.

Pasang Putih
1
9.

Kukrup
1
10.

Pasang Putih
1
11.

Kukrup
1
12.

Kukrup
1
13.

Kukrup
1
14.

Kukrup
1
15.

Pasang Putih
1
16.

Pasang Putih
1
17.
2x2 m
Remojoan
1
18.

Jengkon
1
19.

Resapan
1



PETAK UKUR 1
20 x 20

  
keterangan :                      = Pohon

PETAK UKUR 2
20 X 20



keterangan :       = Poho Pohon 



4.2. Pembahasan
            Inventarisasi Tegakan Tinggal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pasca penebangan untuk mengetahui potensi besarnya permudaan alami guna menunjang atau mendukung proses regenerasi tebangan pada fase berikutnya. Hal ini dilakukan tentu untuk mengetahui perlu tidaknya  dilakukan penanaman atau pengayaan pasca penebangan. Hal ini sangatlah diperlukan guna menjaga standing stock dari suatu kawasan hutan alam atau hutan produksi untuk menjaga agar suatu kawasan tetap terjaga keberuntukannya meskipun telah dilakukan eksploitasi. Sehingga tetap dapat memenuhi target dari suatu kawasan pada fase tebang berikutnya yang tanpa mengurangi esensi dari kawasan tersebut. Sementara berdasarkan dari kegiatan Inventarisasi Tegakan Tinggal pada PU I  dapat diketahui bawasanya pada kawasan tersebut tidak diperlukan pengayaan atau penanaman dikawasan tebangan tersebut. Karena pada kawasan dapat diketahui bahwa pada kawasan tersebut masih banyak terdapat banyak pohon dengan diameteryang besar dan sangat berpotensi untuk dijadikan pohon induk atau pohon intipada petak 20X20 m. Begitupula pada PU II memiliki kondisi yang serupa meskipun jumlah pohon induk atau pohon intinya dengan PU I, sehingga dari hal tersebut diharapkan pada kawasan tersebut dapat terjadi suksesi atau pengayaan secara alami dari pohon induk atau pohon intinya yang masih dibiarkan hidup dengan dilakukan penebangan. Tentu hal ini dapat dimungkinkan dapat terjadi apabila kriteria dari pohon yang dibiarkan pada areal tersebut telah memenuhi untuk diperuntukkan sebagai pohon induk atau pohon inti. Yang nantinya berbuah dan menghasilkan benih-benih yang akan menjadi cikal bakal terjadinya suksesi tegakan pasca penebangan secara alami. Namun perlu untuk diketahui bawasanya poho induk atau pohon inti tidaklah diperlukan banyak dalam suatu kawasan karena minimal hanya 1 podon saja dalam satu petak ukur 20X20 dengan kriteria dari pohon tersebut telah terpenuhi.
                        Pada petak ukur 1 terdapat bebrapa pohon yang dapat dikatakan memenuhi syarat yaitu tinggi dan diameter yang cukup. Pada petak ukur 1 terdapat 9 pohon dengan jumlah 3 jenis pohon diantaranya genitri, pasang putih dan kukrup. Pohon tersebut dapat dikatakan komersil karena memiliki diameter diatas 20cm. Jumlah pohon yang dapat dilakukan penebangan yaitu sejumah 9 pohon, hal tersebut karena sudah memiliki criteria yang cukup atau tingkat pohon mulai diameter dan tingggi pohon dan merupakan jenis pohon niagawi. Total volume pada PU 1 adalah 34,33478m3.
            Pada petak ukur II terdapat 2 jenis pohon yang siap dilakukan penebangan karena memiliki riteria yang cukup dari segi tinggi dan diameter pohon. Pohon tersebut masuk dalam jenis satu pasang putih dan tiga pohon kukrup. Total volume pada petak ukur II adalah sebesar 9,768344. Pohon tersebut seharusnya membuthkan perawatan terlebih dahulu sehingga dapat lebih maksimalsaat akan dilakukannya penebangan.
            Terdapat perbedaan antara kedua petak ukur tersebut, hal ini dikarenakan pada kawasan atau topografi antar petak ukur yang berbeda. Pada kawasan petak ukur 1 memiliki kondisi topografi yang relative lebih landai dbandingkan dengan petak ukur II yang memiliki kondisi lebih curam atau miring. Total volume yang telah diperoleh secara keseluruhan adalah 44,0995 m3/400 m2 dan potensi produksi didapatakan sebesar 1.102.498 m3/ha, dari kedua petak ukur tersebut tindakan silvikultur yang dapat dilakukan antara lain pemeliharaan guna meningkatkan kualitas pohon seperti pemangkasan dan pemusnahan vegetasi lain yang sifatnya mengganggu.
            Dapat diketahui bawasanya pada kawasan tersebut tidaklah diperlukan penanaman atau pengayaan. Hal ini dikarenakan pada kawasan atau petak tersebut telah terdapat beberapa pohon induk atau pohon inti. Sehingga proses pengayaan secara alami sangatlah mungkin terjadi. Pohon induk atau pohon inti sendiri seharusnya yang berjenis komersil dan memeiliki diameter lebih dari 20 cm. Menginggat pada kawasan tersebut terdapat beberapa pohon inti yang memiliki nilai komerseil sehingga tidak diperlukan pengayaan pada kawasan tersebut.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.    ITT adalah kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon pada areal hutan yang telah dilakuakn penebangan.
2.    Inventarisasi tegakan tinggal siperuntukan untuk menentukan tindakan silvikultur selanjutnya.
3.    Kawasan tersebut tidaklah memerlukan pengayaan.
4.    Pada petak 20x20 ditemukannya pohon inti.
5.    Pada PU I dan PU II petak 2x2 ditemukan adanya semai sebanyak 5 semai
6.    Pada PU I dan PU II petak 5 x 5, 10 x 10, 20 x 20 ditemukan 1 pohon atau lebih.
7.    Pada PU I petak 5x5 meter memerlukan pengayaan karena hanya terdapat 3 pancang saja.
8.    Suksesi pada kawasan tersebut dapat terjadi secara alami.
9.    Kegiatan penanaman yang dapat dilakukan adalah bibit dari tempat tersebut atau dari anakan alami

3.2. Saran
            Adapun saran untuk praktikum kali ini akan lebih baik apabila setiap kelompoknya membawa kertas penanda yang nantinya dapat ditempel untuk sementara pada setiap tegakan agar tidak terjadi kesalahan atau kebingungan, sehingga dalam mendapatkan data sangat akurat. Dan untuk setiap pendamping setidaknya setiap kelompok 1 pendaping dari pihak tahura.
DAFTAR PUSTAKA

Kartodiharjo, H. 2000. Masalah Kebijakan Pengelolaan Hutan Alam Produksi. Lembaga Alam Tropika. Bogor
Madyana, 1989. Inventarisasi Tegakan Hutan Hujan Tropis. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yogyakarta.
Pamulardi, B. 1996. Hukum Kehutanan Dan Pembangunan Bidangn Kehutanan. Raja Yafino Persada. Jakarta
Sunardi. 1992. Metode Pengambilan Contoh Vegetasi. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru