Jumat, 04 September 2015
Rindu Ayah
Setiap malam aku selalu terbangun. Sejak setahun lalu, tidurku tidak
selalu nyenyak. Aku terbangun membayangkan ada Ayah disampingku.
Dulu, setiap malam, sepulang kerja ayah menyempatkan diri bercanda
denganku. Meski sibuk, Ayah selalu meluangkan waktunya setiap malam
untukku. Ayah menemaniku mengerjakan pekerjaan rumah setiap malam.
Kadang kalau sedang ada siaran sepakbola ayah mengajakku menonton, meski
tidak sampai larut malam. Yang tidak akan aku lupa, Ayah selalu
menyempatkan diri bercerita kepadaku menjelang tidur. Aku rindu
cerita-cerita ayah.
Setiap akhir pekan, ayah selalu mengajak aku dan Ibu makan malam di luar
rumah. Akhir pekan adalah hari yang menyenangkan dalam hidupku. Setiap
menjelang akhir pekan, aku selalu tidak sabar. Aku pulang sekolah lebih
cepat, karena memang setiap akhir pekan aku cuma sekolah setengah hari.
Ayah selalu menanyakan kepadaku, mau pergi kemana malam ini. Setiap
tempat yang aku sebutkan selalu coba ayah turuti, asalkan jaraknya tidak
terlalu jauh dengan rumahku.
Pernah suatu ketika aku meminta ayah untuk mengajak kami jalan-jalan saat safari malam, karena memang sudah lama kami tidak ke taman safari. Ayah kemudian segera menelepon saudara kami yang ada di Bogor, untuk mempersiapkan tempat menginap kami di sana. Kami berangkat menuju taman safari, melihat hewan-hewan pada malam hari. Aku tersenyum sepanjang perjalanan.
Bagiku ayah adalah sosok yang hebat, ayah sangat sayang kepadaku dan
Ibu. Ditengah kesibukannya ayah selalu meluangkan waktu yang ia punya
untuk kami. Aku tidak marah ayah sibuk bekerja pada siang hari, karena
aku selalu punya waktu dengan ayah pada malam hari. Kadang aku kasihan
dengan ayah, pernah aku melihat wajah ayah begitu lelah, namun ayah
tidak pernah mengeluh di depan kami. Ayah selalu tersenyum di depanku.
Aku tidak pernah dimarahi ayah tanpa sebab. Ayah hanya marah kalau aku
malas belajar, tapi aku tau itu demi kebaikanku di masa depan. Jadi, aku
selalu menurut kalau ayah menyuruhku belajar dan pergi les. Lagipula,
aku tidak ingin ayah dan ibu kecewa. Aku selalu berusaha belajar dengan
giat agar ayah dan ibu bangga denganku.
Waktu itu aku mendapatkan juara kelas, ayah tersenyum bangga kepadaku.
Ayah membelikanku mainan yang aku suka. Buat aku mainan bukan yang
utama, tapi senyum bangga ayah yang ingin aku lihat.
Aku selalu sedih mengingat kenangan bersama ayah. Kenangan itu tidak
akan pernah aku lupa. Kini ayah sudah tiada. Ayah meninggal karena
kecelakaan saat pulang kerja. Kata Ibu mobil ayah ditabrak oleh
pengendara yang ugal-ugalan.
Sebelum dikubur, aku sempat memeluk dan melihat wajah ayah. Ayah seperti
tertidur pulas dan tersenyum saat itu. Menurutku ayah tidak meninggal,
ayah hanya ingin tidur. Ayah seharian sudah lelah bekerja, mungkin ini
waktunya ayah tidur.
Kata Ibu, aku harus mencontoh ayahku, menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab. Sayang dengan keluarga dan anaknya.
Seminggu sejak ayah meninggal aku sakit-sakitan, aku malas pergi sekolah
dan keluar rumah. Aku selalu memeluk foto ayah, di foto itu aku dan
ayah sedang memakai baju bola kesukaan kami. Dengan memeluk foto ayah,
aku selalu merasa ayah dekat denganku.
Ketika sakit, Ibu mengkhawatirkan kesehatanku. Aku tidak mau makan,
hingga badanku kurus. Ibu selalu membujukku untuk makan, namun aku hanya
makan sedikit. Aku merindukan ayah.
Aku menangis setiap malam. Setiap aku menangis, Ibu selalu ada untuk
mengusap air mataku. Aku memeluk Ibu. Aku bilang kepada ibu, aku rindu
ayah. Ibu juga bilang kepadaku, ia juga sangat merindukan ayah.
Tapi Ibu selalu bilang saat aku menangis, ayah tidak suka melihat
keluarganya bersedih. Ayah ingin melihat kami tersenyum. Kalau kami
sedih, ayah juga akan sedih. Kata Ibu kalau aku kangen ayah, lebih baik
aku mendoakan ayah.
Aku teringat pesan ayah, kalau anak yang baik adalah anak yang rajin
ibadahnya. Kemudian aku berusaha untuk tidak menangis, kalau aku rindu
ayah, aku akan mendoakannya.
Aku ingin ayah bahagia disana. Aku ingin agar Tuhan menjaga ayah disana.
Kini setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi makam ayah. Aku mendoakan
ayah agar bahagia. Aku tidak ingin membuat ayah menangis disana. Dalam
hatiku, aku berjanji, aku akan menjadi penerus ayah. Kelak jika sudah
besar nanti, akulah yang harus merawat Ibu. Aku yang akan menjadi
kebanggaan bagi keluarga kami.
Aku juga ingin menjadi ayah yang baik kelak, ayah yang selalu meluangkan
waktunya untuk keluarganya. Ayah yang selalu tersenyum di depan kami,
meski ia kadang juga lelah.
Tuhan kini sudah memanggil ayah, menjaganya dan membuatkan tempat terbaik untuk ayah.
Kata Ibu selama aku menjadi anak yang baik, Tuhan akan selalu menjaga ayah. Ayah pasti bisa tidur nyenyak disana.
Setelah sakit cukup lama, aku mulai kembali sekolah. Aku kembali
menjalankan kegiatan seperti biasa. Kadang aku suka sedih kalau melihat
temanku dijemput oleh ayahnya. Aku selalu teringat ayah, selalu bahagia
saat ayah bisa menjemput aku untuk pulang sekolah, walau kemudian ia
harus segera kembali ke kantor.
Kini di rumah hanya ada aku dan Ibu. Meski begitu, aku juga tidak ingin
melihat Ibu semakin sedih. Aku sayang ayah dan juga sayang Ibu. Mereka
berdua adalah orang paling berharga dalam hidupku. Ayah pasti ingin aku
menjaga Ibu. Aku tidak ingin membuat Ibu sedih, sama seperti aku tidak
ingin melihat ayah sedih.
Setahun berlalu, aku melihat foto ayah, aku dan Ibu terpasang di dinding
kamarku. Senyum ayah di dalam foto selalu berhasil membuatku senang
sekaligus rindu. Melihat foto ayah membuat aku lebih semangat.
Setiap mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, aku selalu meletakkan
foto ayah di meja belajarku. Aku merasa ayah hadir dan mengawasiku saat
aku belajar. Saat aku merasa malas, aku langsung teringat bagaimana ayah
memarahiku dan menyemangatiku untuk belajar giat. Ayah tidak ingin
melihat anaknya menjadi anak yang pemalas. Kata ayah, kalau mau jadi
orang sukses kita harus jadi orang yang rajin.
Nilai tugas dan ujianku selalu bagus, itu karena ayah selalu
menyemangati untuk belajar setiap malam. Pernah suatu ketika aku
mendapatkan nilai yang tidak bagus, ayah tidak marah, ayah hanya meminta
aku meletakkan nilai itu di depan meja belajar dan menjadikan nilai itu
sebagai motivasi agar aku tidak mengulangi lagi. Dan sejak itu aku
selalu mengingatnya untuk berusaha lagi.
Dalam cerita-ceritanya sebelum tidur, ayah selalu ingin anaknya menjadi
anak yang sukses kelak, yang bisa membanggakan keluarga dan bisa
bermanfaat bagi orang banyak. Ayah selalu mengajarkan saat aku
mendapatkan nilai bagus, aku harus menyisihkan uang jajanku untuk
diberikan kepada orang miskin. Menurut ayah, doa-doa baik dari orang
lain akan membuat kita semakin sukses.
Kenangan-kenangan itulah yang membuat aku tidak akan pernah lupa dengan
sosok ayah. Ayah akan selalu menjadi orang spesial dihatiku. Tidak ada
yang bisa menggantikan sosok baiknya di hatiku. Ayah menjadi inspirasi
dan semangatku dalam menjalani hidup.
Aku ingin kelak ayah dan ibu bangga melihatku menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak.
sumber: Kompasiana
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)